Hari Kiamat menurut
Al-Qur’an
Dengan mengkaji ayat-ayat
Al-Qur’an, kita dapat memahami bahwa pada tahap pertama kehidupan alam akhirat
bukan dihidupkannya kembali manusia, tetapi terjadi per-ubahan yang menyeluruh
di dalam sistem dan hukum alam semesta, lalu terjadilah alam akhirat yang
memiliki ciri-ciri khas yang tidak mungkin dapat kita ketahui secara detail.
Dan nyatanya, kita tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai hal itu.
Ketika hari itu terjadi, seluruh umat manusia akan dibangkitkan secara
bersamaan, dari manusia pertama yang diciptakan Allah SWT sampai manusia
terakhir, agar mereka semua dapat melihat akibat dan hasil dari perbuatan
mereka di dunia ini, yang kemudian mereka akan menempati surga atau neraka
selama-lamanya.
Ayat-ayat Al-Qur’an yang
berhubungan dengan masalah ini banyak sekali, sementara pembahasan tentangnya
memerlukan waktu dan tempat yang cukup, untuk itu pada kesempatan ini kami akan
menjelaskannya secara singkat saja.
Kondisi Bumi, Laut dan
Gunung
Ketika Hari Kiamat tiba,
terjadi goncangan bumi yang luar biasa dahsyat. Bumi ini memuntahkan seluruh
isi perutnya ke luar, berhamburan dan hancur berantakan. Lautan meluap dan
terbelah. Gunung-gunung bergerak dan berguncang keras, kemudian pecah
beserpihan bagaikan butir-butir pasir yang berserakan, beterbangan bagaikan
kapas-kapas yang bertebaran di udara. Gunung-gunung yang menjulang tinggi itu
pun tak ubahnya dengan fatamorgana, tak lagi meninggalkan bekas keperkasaannya.[1]
Kedaaan Langit dan
Bintang-bintang
Al-Qur’an memberikan
gambaran tentang keadaan benda-benda langit ketika Hari Kiamat tiba. Bahwa
bulan, matahari, bintang-bintang yang begitu besar, bahkan sebagian
bintang-bintang itu lebih besar dari bumi yang kita tempati ini, yang lebih
terang jutaan kali lipat dan sinarnya dari matahari yang kita lihat, semua itu
akan hancur dan sinarnya menjadi pudar lalu padam. Segala gerak, tatanan dan
aturannya menjadi hancur. Matahari bertabrakan dengan bulan. Adapun langit yang
kita lihat akan bergoncang, terbelah dan hancur. Gugusan langit akan luluh
bagaikan barang-barang tambang yang diluluhkan dan mencair. Alam ini dipenuhi
dengan asap tebal dan awan gelap.[2]
Jerit Kematian
Dalam kondisi seperti itu,
ditiuplah sangkakala, jerit kematian pun menyeruak ke seluruh jagad. Ketika
itu, seluruh manusia dan makhluk hidup mengalami kematian. Tidak sesuatu pun yang
tersisa di dunia ini. Pada detik-detik peristiwa itu terjadi, seluruh manusia
merasa ketakutan dan panik. Mereka goncang dan kebingungan, kecuali orang-orang
mukmin yang memahami hakikat wujud ini, segala hikmah dan rahasianya, hati
mereka tenggelam dalam makrifat dan mahabbah (cinta) kepada Allah SWT.
Jerit Kebangkitan dan
Permulaan Kiamat
Setelah peristiwa itu
terjadi, alam akhirat pun memasuki babak baru; alam yang memiliki potensi untuk
kekekalan dan keabadian.Nur Ilahi memancarkan sinarnya, jeritan kebangkitan
menggema, nusyur segera berlangsung, seluruh umat manusia serta
binatang-binatang pun dihidupkan kembali hanya dengan sekejap saja. Seluruh
manusia diliputi kebingungan dan goncangan jiwa yang dahsyat bagaikan kupu-kupu
yang beterbangan tanpa arah.
Kini, mereka berada di satu
tempat yang agung, berdiri di hadapan Tuhan Yang Mahabesar untuk dilakukan
hisab dan perhitungan amal atas masing-masing. Seluruh manusia dikumpulkan.
Bahkan, sebagian mereka mengira bahwa mereka berada di alam barzakh hanya
sekejap atau sehari saja.
Kerajaan Allah dan
Terputusnya Sebab dan Nasab
Di alam baru itu
tersingkaplah segala hakikat. Kerajaan dan kekuasaan seluruhnya hanya milik
Allah. Seluruh umat manusia menjadi ketakutan dan tidak seorang pun yang berani
atau mampu berkata-kata dan mengangkat suara. Mereka tenggelam di dalam pikiran
masing-masing; tentang nasib dan perjalanan akhir mereka. Bahkan, anak akan
lari dan tak peduli lagi akan ayah dan ibunya. Sanak keluarga satu sama lainnya
saling meninggalkan, hubungan nasab dan keturunan pun menjadi terputus tak lagi
berarti. Hubungan kekerabatan dan persahabatan yang dibina berdasarkan
keuntungan materi, duniawi dan hawa nafsu berubah menjadi permusuhan satu sama
lainnya. Seluruh jiwa manusia dipenuhi oleh penyesalan dan kerugian terhadap
apa yang telah mereka lakukan di dunia.[3]
Mahkamah Keadilan Ilahi
Kemudian, dibentuklah
Mahkamah Keadilan Ilahi, segala amal perbuatan seluruh manusia pun dihadirkan.
Lembaran amal dibagi-bagikan, setiap amal dibukakan di hadapan masing-masing
pelakunya sebegitu jelas sehingga tidak lagi memerlukan pemeriksaan terhadap
amal tersebut.
Di dalam mahkamah ini,
dihadirkan para malaikat, para nabi dan hamba-hamba pilihan sebagai saksi-saksi
atas berbagai amal tiap-tiap manusia. Bahkan tangan, kaki dan kulit tubuh pun
akan berbicara dan menjadi saksi atas perbuatan seseorang. Seluruh manusia akan
dihisab secara teliti. Segenap perbuatan mereka akan ditimbang dengan timbangan
(mizan) Ilahi. Seluruhnya akan diadili berdasarkan Keadilan Ilahi, dan
masing-masing diri akan melihat hasil perbuatannya.
Secara khusus, orang-orang
saleh akan dilipatgandakan ganjarannya. Mereka yang membawa amal kebajikan akan
mendapatkan balasan sepuluh kali lipat. Di sana, seseorang tidak akan
menanggung dosa dan perbuatan orang lain. Sementara mereka yang tersesat dan
menyesatkan orang lain akan menanggung kesesatan orang lainnya yang
disesatkannya itu, selain menerima balasan atas perbuatan mereka sendiri, tanpa
kurang sedikitpun.
Pengorbanan seseorang untuk
orang lain pada saat itu tidak akan berarti. Bahkan, syafa'at dan pertolongan
seseorang pun tidak akan diterima, kecuali syafa'at orang-orang yang diizinkan
oleh Allah SWT mereka dapat memberikan syafa'at sesuai dengan
timbangan-timbangan yang diridhai Allah SWT.[4]
Menuju ke Tempat Abadi
Setelah pengadilan itu selesai,
tibalah babak berikutnya, diumumkanlah keputusan Ilahi. Orang-orang yang saleh
dipisahkan dari orang-orang yang durhaka. Kaum mukmin menuju ke surga firdaus
dengan wajah yang berseri-seri dan penuh gembira. Sinar Ilahi memancar dan
mengantarkan mereka ke tempat keabadian surgawi. Sedangkan orang-orang kafir
dan kaum munafik digiring ke neraka jahanam dalam keadaan terhina. Wajah mereka
hitam dan kotor, berjalan di dalam kegelapan. Ketika itu, orang-orang munafik
berkata kepada orang-orang yang beriman, “Pada hari ketika orang-orang
munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman,
‘Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebagian dari cahayamu.’ Ketika itu
dikatakan kepada mereka, 'Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri
cahaya untukmu.” Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang yang
beriman) seraya berkata, ‘Bukankah kami dahulu bersama-sama kalian?’ Mereka
menjawab, ‘Benar, akan tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu
kehancuran kami dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong
sehingga datanglah ketetapan Allah, dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh
setan yang amat menipu.' Maka pada hari ini tidak diterima tebusan darimu dan
tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu adalah neraka, itulah tempat
berlindungmu dan seburuk-buruknya tempat kembali bagimu.” (QS.
Al-Hadid:13-15)
Ketika orang-orang mukmin
telah mendekati surga, dibukakan pintu untuk mereka. Para malaikat rahmat pun
menyambut kedatangan mereka seraya mengucapkan selamat dengan penuh hormat, dan
memberi kabar gembira kepada mereka akan kebahagiaan yang abadi.[5]
Akan tetapi, tatkala
orang-orang kafir dan munafik itu sampai di neraka jahanam, terbukalah pintu di
hadapan mereka, dan para malaikat azab mencaci-maki mereka dengan kasar dan
penuh kedengkian. Mereka diancam dengan siksa pedih selama-selamanya.
Surga
Di dalam surga, terdapat
taman yang membentang, seluas langit dan angkasa, dipenuhi oleh aneka ragam
pepohonan dengan bermacam-macam buahnya yang sudah matang dan mudah dipetik. Di
dalam taman itu juga terdapat tempat isitirahat dan bersenang-senang yang
sangat luas dan indah, sungai-sungai dengan airnya yang sejuk, susu, madu dan minuman
yang bersih dan segar. Apa pun yang mereka inginkan tersedia di dalamnya.
Bahkan lebih dari apa yang mereka inginikan.
Pakaian penduduk surga
terbuat dari sutra, sundus dan istabrak (jenis sutra) yang
dihiasi dengan bermacam-macam hiasan yang indah. Mereka duduk bersandaran di
atas dipan-dipan dan kasur-kasur yang empuk sambil berhadap-hadapan. Tidak
terdengar suara apapun dari penduduk surga selain puji dan syukur kepada Allah
SWT. Mereka tidak pernah berbicara dengan kata-kata yang sia-sia dan kotor,
mereka pun tidak mendengar hal yang serupa. Mereka tidak diganggu oleh rasa
dingin atau pun panas, tidak mengenal rasa sakit, lelah dan bosan, tidak juga
rasa sedih dan takut. Hati mereka bersih, tidak sedikit pun tergores rasa
dengki dan iri.
Para pelayan anak-anak kecil
senantiasa melingkari mereka bagaikan mutiara-mutiara yang tersimpan rapih,
begitu indah dan menakjubkan. Mereka menyajikan gelas-gelas yang berisikan
minuman surgawi nan lezat dan membangkitkan semangat yang tak terbayangkan.
Tidak ada bahaya dan rasa sakit apa pun. Mereka dapat menikmati berbagai macam
buah dan daging burung.
Di dalam surga, kaum
laki-laki mendapatkan pelayanan terbaik dari isteri-isteri yang cantik, suci
dari segala aib dan sangat mencintai suami-suaminya. Lebih dari itu semua,
mereka pun memperoleh kenikmatan ruhani dan keridhaan Ilahi. Mereka senantiasa
mendapat kasih sayang dan kelembutan dari Tuhan Yang Mahakasih, sehingga mereka
hanyut dalam kebahagiaan dan kedamaian yang tidak seorang pun dapat
menggambarkannya. Sungguh kebahagiaan yang tidak ada bandingan. Segala
kenikmatan yang tidak mungkin terbayangkan, dan rahmat, keridhaan serta
kedekatan diri di sisi Allah, semua itu abadi dan tak terbatas.
Neraka
Neraka adalah tempat akhir
orang-orang kafir dan kaum munafik yang tidak mempunyai nur sama sekali di
dalam hatinya. Di tempat itulah seluruh para pendurhaka dikumpulkan. Neraka
masih saja dapat menampung dan menyambut, sampai ia berkata: “Apakah masih
ada tambahan lagi?”. Di dalamnya tidak ada selain api dan siksa.
Lidah api neraka itu
menjilat-jilat sampai ke atas dan dari semua arah. Suaranya yang menakutkan dan
penuh murka menambah rasa takut, ngeri dan menggetirkan jiwa. Wajah-wajah
penghuninya masam, redup, gelap, hitam dan sangat jelek. Bahkan, para malaikat
yang dipercaya untuk menjaganya pun berlaku keras dan kejam. Dari wajah-wajah
mereka tidak tampak rasa belas kasih, sedikit pun.
Penghuni neraka itu
dibelenggu dengan rantai-rantai dari besi. Mereka dikelilingi api neraka dari
semua sisi, bahkan mereka sendiri sebagai kayu-kayu bakarnya. Mereka tidak
mendengar apa-apa selain jeritan, rintihan, tangisan dan keluh kesah para
penghuninya, serta teriakan para malaikat yang mengawal mereka.
Wajah-wajah para penghuni
neraka itu disiram dengan air mendidih yang sangat panas sehingga isi perut
mereka pecah. Setiap kali meminta minum, mereka diberikan minuman dari muhl
yang sangat panas dan berbau busuk. Mereka menerima minuman itu bagaikan
unta-unta yang kehausan. Ketika diminum, usus-usus mereka menjadi terputus-putus
dan hancur.
Makanan mereka terbuat dari
pohon zakum, yaitu sejenis pohon yang tumbuh di dalam neraka. Jika
mereka memakannya, akan bertambah pedih siksa mereka, perut mereka terbakar.
Adapun pakaian mereka terbuat dari bahan hitam yang sangat kasar, yang jika
dipakai akan menambah siksa menjadi lebih pedih lagi.
Di dalam neraka, mereka
ditemani oleh setan-setan, jin dan para durjana, sehingga mereka berangan-angan
ingin menghindar jauh. Satu sama lain saling melaknat dan bertikai. Setiap kali
menampakkan penyesalan dan memohon maaf kepada Allah, mereka malah menerima
siksa yang semakin pedih agar mereka diam. Ketika itulah mereka memohon kepada
penjaga neraka. Al-Qur’an mengisahkan, “Para penghuni neraka itu berkata
kepada penjaga jahanam, 'Mohonlah kepada Tuhanmu agar meringankan azab kami ini
walaupun hanya satu hari saja!' Mereka menjawab, ‘Bukankah sudah datang
kepadamu para utusanmu itu dengan membawa penjelasan?' Mereka menjawab, ‘Ya.’
Mereka berkata lagi, ‘Kalau begitu mintalah. Sesungguhnya doa-doa orang-ornag
kafir senantiasa dalam kesesatan.'" (QS. Ghafir: 49-50)
Begitu beratnya siksa yang
diderita, mereka meminta dimatikan lagi. Akan tetapi, jawaban yang datang
kepada mereka adalah: kalian akan menetap di neraka ini selama-lamanya. Allah
SWT berfirman, “Mereka memanggil-manggil, 'Wahai penjaga, mohonlah agar
Tuhanmu itu mengadili kami lagi.' Ia menjawab, 'Sesungguhnya kalian akan
menetap di sini.'”
Meskipun diliputi oleh
kematian dari semua sisi, mereka tidak mengalami kematian lagi. Setiap kali
kulit mereka terbakar, digantikan dengan kulit yang baru sehingga siksa itu
terus berlangsung, mendera tiada henti.
Akhirnya, mereka memohon
kepada penduduk surga agar memberikan air dan makanan walau sedikit saja.
Jawaban yang datang hanyalah “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan atas kalian
kenikmatan surga. Penduduk surga bertanya kepada mereka, “Apakah yang
membuat kamu masuk ke neraka saqar?" Mereka menjawab, “Kami tidak
melakukan shalat, kami juga tidak memberi makan fakir miskin. Kami tenggelam bersama
orang-orang yang durhaka dan kami mendustakan Hari Kiamat.” (QS.
Al-Muddatstsir: 42-46)
Kemudian terjadilah
adu-bicara sesama mereka sendiri di dalam neraka itu. Orang-orang yang sesat
berkata kepada orang-orang yang menyesatkan mereka: “Sesungguhnya kalianlah
yang telah menyesatkan kami”. Mereka menjawab, “Justru kalianlah yang
menghendaki sendiri hal itu lantas mengikuti kami.” Orang-orang yang tertindas
dan lemah berkata kepada orang-orang yang congkak, “Seandainya tidak karena
kalian, maka kami ini adalah orang-orang yang beriman." Orang-orang yang
sombong itu berkata kepada orang-orang yang lemah, 'Kamikah yang telah
menghalangi kalian dari petunjuk setelah petunjuk itu datang kepada kalian?
Tidak, sebenarnya kalian sendirilah orang-orang yang berdosa.'" (QS.
Saba': 32)
Lalu, mereka berkata kepada
setan-setan, ”Sesungguhnya kalianlah yang telah menyesatkan kami."
Setan-setan itu pun menjawab mereka, ”Dan berkatalah setan ketika urusan
hisab telah diselesaikan, ’Sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepada kalian
dengan janji yang benar dan aku pun telah berjanji kepada kalian akan tetapi
aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan
sekedar aku ini menyuruh kamu, lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu
janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku
sekali-kali tidak akan dapat menolongmu. Dan kamu pun tidak akan dapat
meno-longku." (QS.Ibrahim:22)
Sungguh, tidak ada jalan
lain di hadapan mereka kecuali menyerah dan menerima siksaan lantaran kekufuran
dan kesesatan mereka. Mereka menetap untuk selama-lamanya di dalam neraka
jahim.[]